Pariwisata Halal : Bagaimana dalam pandangan Hubungan Internasional

Pariwisata Halal : Bagaimana dalam pandangan Hubungan Internasional

Islam mewajibakan bagi umatnya untuk memperhatikan dan memegang prinsip ‘Halal’ baik dalam makanan, minuman, perbuatan dan lainya. Era modernisasi ini isu Halal menjadi perbincangan bagi pemerhati agama untuk tetap menjaga prinsip Halal dalam setiap aktivitas seorang muslim. Salah satunya, Pariwisata halal menjadi isu yg trending dalam beberapa tahun terakhir, dikarenakan semakin banyak muslim yang lebih waspada tentang halal. Cakupan halal tidak hanya makanan, minuman, melainkan tata kelola juga menjadi sebuah perihal yang perlu di perhatikan tata Kelola pariwisata ini dirasa sangat penting, melihat beberapa tahun terkahir kemajuan industri kreatif banyak di dominasi dari bidang pariwisata. Merespon isu tersebut, Komahi Unimuda Sorong mencoba menggali isu pariwisata dalam pandangan Hubungan Internasional.

 Sabtu, 24 Juni 2023 bertempat di ruang Auditorium Gedung Ahmad Dahlan, UNIMUDA Sorong. Pukul 09.00 WIT. Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI) UNIMUDA Sorong menyelenggarakan Tea Time #3 yang merupakan kegiatam talkshow interaktif dan diskusi terkait isu-isu hubungan internasional yang tengah hangat diperbincangkan oleh khalayak luas. Pada Tea Time #3 kali ini mengangkat tema tentang “Pariwisata Halal Dalam Hubungan Internasional”. Tema ini diambil karena akhir-akhir. Kegiatan ini mengundang perwakilan dari himpunan-himpunan mahasiswa di lingkup UNIMUDA Sorong. Kegiatan ini ditujukan untuk menambah wawasan mahasiswa. Kegiatan ini dibuka oleh Bapak Muchammad Farid M.H.I selaku Kaprodi Hubungan Internasional.

Tea Time #3 kali ini menghadirkan narasumber  Bapak Try Danuwijaya M.H.I selaku dosen program studi hubungan internasional UNIMUDA Sorong. Beliau juga merupakan dosen pengampu mata kuliah diplomasi pariwisata di semester VI.  Dalam materi Tea Time ini yang disampaikan  bahwa Salah satu yang menarik dari tema kali ini adalah fakta bahwa pariwisata halal menjadi pasar yang menjanjikan. Hal ini dapat dilihat dari Laporan Mastercard Crescentrating Global Travel Market Index (GMTI) 2019, yang memprediksi akan ada 230 juta wisatawan muslim secara global pada 2026. Hal ini meningkat dari 2018 yang hanya sekitar 140 juta. Lebih lanjut lagi, mengutip dari website Kemenparekraf RI. Wakil Presiden Ma’ruf Amin secara khusus meminta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) untuk mengembangkan potensi wisata halal di Indonesia.

Permintaan ini disambut baik oleh seluruh jajaran Kemenparekraf/Baparekraf mengingat wisata halal di Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan. “Indonesia sendiri mempunyai sektor-sektor pariwisata halal yang sangat potensial untuk dikembangkan, hal ini tentunya tak lepas dari demografi Indonesia yang merupakan negara mayoritas muslim” jelas Bapak Try Danuwijaya. Populasi umat muslim di Indonesia sendiri merupakan yang terbanyak di dunia. Laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) bertajuk The Muslim 500 edisi 2023 menunjukkan, jumlah populasi muslim di Indonesia mencapai 237,55 juta jiwa atau setara 86,7% dari total populasi Indonesia.

Lebih lanjut lagi, Beliau menjelaskan bahwa pariwisata halal di Indonesia tidak bisa diterapkan secara menyeluruh di seluruh Indonesia. Hal ini disebabkan banyak wilayah di Indonesia yang bukan merupakan wilayah mayoritas muslim, contoh saja di Pulau Bali, Papua, Maluku, Sulawesi Utara, NTT, dan lain-lain. Keberagaman demografi khususnya agama menjadi pertimbangan terhadap penerapan pariwisata halal di Indonesia, karena dalam konstitusi negara kita bukan hanya satu agama saja yang diakui namun ada 6 agama resmi yang diakui oleh negara. Beliau mengingatkan kembali tentang pentingnya menjunjung tinggi rasa saling menghargai dan menghormati segala budaya di semua tempat yang dikunjungi, karena negara ini mempunyai ciri khas sebagai negara yang mempunyai keberagaman baik itu etnis, suku, budaya, dan juga agama. Seperti kata pepatah, “Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”.